Minggu, 23 November 2008

Selamat Jalan.. Rukmayanto

Dia adalah salah seorang guru ngajiku waktu aku kecil. Rukmayanto. Akrab dipanggil Mas Yanto. Seperti guru-guru ngajiku yang lain, semisal mas Roni, pak Suyut, mas Agus, mbak Dewi, mas Anam... beliau sederhana... bahkan sangat sederhana. Tetapi pengetahuannya, careness-nya, ga kalah sama kesuhudannya. Kalo Pak Suyud sangat berjasa mengajariku baca Qur'an hingga aku sukses dalam beberapa MTQ (hanya beberapa.... catet :) ...), maka Mas Yanto ini juga berperan dalam kemenangan tim saat uji kepandaian / cerdas cermat. Malah dalam suatu kesempatan, kami melibas habis hampir semua pertanyaan... Betapa kerennya sang guru sederhana ku itu... mengajari kami hingga kami menang malam itu. Bisa dibilang keajaiban masjid kami adalah pada masa aku kecil itu dengan mereka sebagai guru-guruku, termasuk mas Yanto. Ehm mungkin pada tahun 91-94 an kalo tak salah. Murid-murid TPA banyak mengukir prestasi. Remaja masjidnya pun juga aktif menggalang banyak kegiatan. Masjid kami yang sederhana begitu hidup waktu itu. Hati-hati kami (aku dan teman-temanku waktu kecil) begitu terpaut pada masjidku itu. Kami juga membina hubungan batin yang sangat kuat. Mereka kuanggap seperti mbak dan mas ku sendiri. Bahkan suatu waktu, mereka pernah berdatangan ke rumahku untuk mengajakku kembali mengaji. Karena waktu itu aku sudah kelas 1 SMP, ibuku tak mengijinkanku mengaji di masjid sehabis maghrib, dengan alasan aku harus beristirahat. Maklum waktu aku kelas 1 SMP, aku masuk siang, kurang lebih jam setengah 1 hingga selesai jam setengah 6. Dan habis maghrib aku mesti mengaji. Mungkin ibuku terlalu takut aku jatuh sakit karena tak punya waktu istirahat. Jadi tak diijinkannya aku berangkat mengaji lagi. Jadilah aku mengaji sendiri di rumah. Dan berdatangan lah guru2 ngajiku ke rumah. Meminta ibuku mengaji kembali. Termasuk Mas Yanto.

Waktu pun berlalu. Waktu aku liburan saat kuliah, terkadang aku masih menjumpai mas Anam yang bekerja sebagai supervisor sebuah sabun. Sudah menikah. Mas Roni, karena semakin suhud dan semakin ngikhwan.... meski aku sering ketemu, aku malu menyapanya... malu karena aku masih begini-begini saja (murid yang durhaka...). Dan Mas Yanto, aku tak pernah lagi bertemu dengan nya, kadang kangen dengan baju sederhananya. Jenggot rapinya. Ngobrol dengannya. Hummpf... padahal kapan hari niattttttt banget mau mencari nya. Tapi entah kenapa, belum jadi juga. Dan sekarang semuanya itu ga bakal kewujud. 3 Hari lalu, aku mendengar Mas Yanto udah meninggal. Di usianya yang masih muda (belum genap 40 tahun kurasa...) beliau meninggal dunia (karena riwayat jantungnya kurasa...). Dia meninggalkan seorang istri dan dua orang jundi yang masih kecil-kecil. Kudengar beliau meninggal waktu sedang mengikuti kuliah. Subhanalloh. Meninggal pada waktu menuntut ilmu. Betapa mulianya.

Selamat jalan mas Yanto.
Guruku.. mas ku.. sahabat waktu kecil ku..
Semoga kau bahagia bertemu Sang Kekasih yang selama ini kau rindu2kan pertemuan denganNya..

Tidak ada komentar: